Welcome

Selasa, 11 Oktober 2011

Kisruh Camar Bulan Kab. Sambas Kalimantan Barat

    


Indonesia Bersitegang lagi dengan Malaysia.
Heboh soal pencaplokan Camar Bulan yang katanya diambil negara tetangga Malaysia tampaknya akan berakhir dengan membuat Indonesia gigit jari. Data menguatkan kalau Camar Bulan merupakan milik Malaysia.

Kehebohan diawali dari temuan Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanudin yang mengaku  medapatkan data rahasia terkait perbatasan RI-Malaysia di Camar Bulan, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Data yang ditemui Hasanudin cukup mengejutkan, dia bilang bahwa ada wilayah Indonesia yang dicaplok ditandai dengan banyaknya patok yang hilang dan bergeser menjorok hingga 3,3 kilometer ke dalam wilayah Indonesia.

Tak berhenti sampai di situ, Hasanudin juga menengarai bahwa kejadian tersebut disebabkan adanya oknum penjaga perbatasan yang "bermain" dengan pihak Malaysia untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Benarkah? Hasanudin sendiri masih menduga-duga dan belum punya kepastian akan hal itu. Terlepas dari itu semua persoalan perbatasan memang sedikit beririsan dengan nasib penjaga dan juga warga penghuni wilayah perbatasan itu sendiri.

Seperti data yang ditemukan, diketahui bahwa warga Indonesia yang konon lebih dulu tinggal di kawasan Camar Bulan harus mengalami kegetiran terutama terkait persoalan infrastruktur dan fasilitas. Bayangkan, akses menuju lokasi Camar Bulan orang harus naik kendaraan bermotor dan menyeberangi sungai. Jarak waktu tempuh yang harus dilalui sekira 7-8 jam.

Itu baru urusan infrastruktur. Belum lagi persoalan lain yang tak kalah pentingnya, yakni kesejahteraan. Sudah pasti dengan infrastruktur yang sangat tidak mendukung itu, sejumlah warga di Camar Bulan kesulitan mendapatkan akses perekonomian. Jangankan untuk kerja, mau beraktifitas keluar rumah saja dipastikan harus mikir berkali-kali mengingat beratnya medan yang harus dilalui.

Tak heran jika adanya dugaan penggadaian tanah air dalam sengketa perbatasan wilayah di Camar Bulan. Sangat kontras dengan Malaysia yang langsung membangun sebuah obyek wisata yang bisa menarik turis mancanegara. So pasti, warga Malaysia yang tinggal di Camar Bulan langsung mendapatkan akses perekonomian yang tak sesulit warga Indonesia di sana.

Jika dilihat, itu baru satu titik perbatasan, bayangkan jika Indonesia memiliki ratusan perbatasan dengan negara luar. Terutama yang bersengketa dengan negara tetangga. Sudah pasti dua persoalan tersebut masih menjadi momok yang membuat kita geleng-geleng kepala.

Berharap, kasus Camar Bulan dapat membuat pemerintah membuka mata dan telinganya bahwa masih ada warga negara Indonesia nun jauh di sana yang butuh perhatian.




Dalami Kabar Pencaplokan Wilayah Camar Bulan, DPR akan Panggil Mendagri

Jakarta - Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanudin menyampaikan informasi pencaplokan wilayah RI di Camar Bulan, Kalimantan Barat oleh Malaysia. Untuk mendalami kabar tersebut, DPR berencana memanggil Mendagri.

"Saya kira ada TNI, ada Mendagri, yang ditugaskan untuk mengurusi masalah perbatasan, jadi kita tunggu saja. Nanti dalam perjalananya pasti akan mengundang Mendagri untuk menanyakan tentang informasi bahwa ada pergeseran wilayah," kata Ketua DPR Marzuki Alie.

Hal itu disampaikan dia usai diskusi bertajuk 'Realistiskah KPK Dibubarkan?' yang digelar di RM Bumbu Desa, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Minggu (9/10/2011).

Namun pemanggilan Mendagri belum bisa dipastikan waktunya. Sebab pimpinan DPR menyerahkan pada komisi yang terkait.

"Ada komisi I, komisi II nanti kan bisa ditanyakan langsung," imbuh politisi Demokrat ini.

Marzuki menolak jika masalah perbatasan tersebut dikaitkan dengan kesejahteraan TNI yang bertugas di perbatasan. "Saya kira yang namanya perbatasan ya nggak ada kaitannya, ada penanggung jawabnya," sambung dia.

Sengketa terus berulang kok seperti tidak ada solusi? "Kan perjalanan bangsa ini panjang harusnya ditentukan. Perlu duduk bersama," lanjut Marzuki.

Seperti diberitakan, dari hasil kunjungan kerja, Komisi I DPR menemukan Malaysia telah mencaplok wilayah RI di Kalimantan Barat. Di Camar Bulan, tanah RI hilang 1.400 hektar dan di Tanjung Datu pantai RI hilang 80.000 meter persegi.

Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Linggawati Hakim mengatakan, wilayah perbatasan laut RI-Malaysia di Tanjung Datu, Kalimantan Barat, memang belum jelas. Di bagian Laut Cina Selatan itu, antara RI-Malaysia baru ada perjanjian Landas Kontinen 1969. Belum ada perjanjian Laut Wilayah dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Perundingan dengan Malaysia soal Laut Wilayah dan ZEE di Tanjung Datu baru akan dilaksanakan 16-18 Oktober mendatang. Sementara itu KBRI di Kuala Lumpur juga akan melakukan penyelidikan



TNI: Camar Bulan Masuk Wilayah Malaysia
''Berdasarkan pertemuan antara Indonesia-Malaysia di Semarang tahun 1978''


Sekitar 1.400 hektare tanah Dusun Camar Bulan dan 80 ribu meter persegi di pantai Tanjung Datuk dicaplok Malaysia. Menurut Wakil Kepala Penerangan Kodam Tanjungpura, Letkol Inf Totok, Camar Bulan masuk wilayah Malaysia.
"Hal ini berdasarkan pertemuan antara Indonesia-Malaysia di Semarang tahun 1978 yang memutuskan wilayah Camar Bulan masuk ke wilayah Malaysia," kata Letkol Inf Totok saat berbincang dengan VIVAnews.com, Minggu, 9 Oktober 2011.

Meski demikian, Totok mengakui jika Traktat London memasukkan Camar Bulan ke wilayah Indonesia. Traktat London adalah kesepakatan bersama antara Kerajaan Inggris dan Hindia Belanda terkait pembagian wilayah administrasi tanah jajahan kedua negara.
Salah satu isi perjanjian itu adalah batas negara antara Indonesia dan Malaysia di Kalimantan didasarkan pada watershead, yakni pemisahan aliran sungai atau gunung, deretan gunung, batas alam dalam bentuk  punggung pegunungan sebagai tanda pemisah.

Meski ada Traktat London,  kata Totok, TNI bertugas menjaga perbatasan berdasarkan keputusan tahun 1978 di Semarang. "Untuk Kalbar ada 966 km, 30 pos penjagaan termasuk di wilayah Tanjung Datuk dan Camar Bulan," ujarnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi I, TB Hasanuddin, menyatakan  Indonesia kehilangan 1.400 hektare tanah di Camar Bulan dan 80 ribu meter persegi di pantai Tanjung Datu.

1 komentar:

  1. According to Stanford Medical, It's in fact the one and ONLY reason women in this country live 10 years more and weigh on average 19 kilos less than we do.

    (And actually, it has absolutely NOTHING to do with genetics or some secret exercise and absolutely EVERYTHING around "how" they are eating.)

    P.S, I said "HOW", not "WHAT"...

    Tap this link to reveal if this short questionnaire can help you discover your real weight loss possibility

    BalasHapus